Minggu, 14 Juli 2013

Indonesia Gila



Indonesia Gila
Ken Emont*

Kriiiiii……..ng!!!
Jhduuukk!!! Aduh, kepalaku sakit terantuk bibir ranjang. Aduh…bangsat bin jahannamwekker ini. Ngagetin saja. Sontak setelah menyerapahi si weker seketika aku sadar kalau jarum jam sudah menunjuk angka delapan. Berarti bisa dikatakan kalau jam masuk kuliah sudah lewat setengah jam yang lalu. Jam masuk? Hah… Masya Allah!!!Berarti lagi aku sudah telat setengah jam. Sontak aku tergopoh-gopoh menuju kamar mandi, cuci muka sekenanya. Mencari seragam yang masih berserak dikeranjang kotor. Memakai dengan gerakan seribu tangan. Creng-creng, akhirnya selesai. Langsung ke kampus tancap tanpa sarapan.
Motorku melaju cepat, wush..cepat sekali. Sampai salat Subuh pun jadi lupa. Ah celaka! Pasti pintu kelas sudah ditutup. Sialan weker itu, masih saja weker yang aku salahkan. Soalnya, dia yang memang bertanggung jawab atas semua ‘kecelakaan’ bangun pagi ini. Awas kau nanti di rumah.
Betul saja, sudah lumayan sepi. Keringat bercucuran, huh hah huh…akhirnya ambang pintu kelas sudah tampak. Masya Allah! Daruratkedua: Mr Jhon, dosen bahasa inggris dari London, yang killernya minta ampun. sudah teronggok di mejanya. Pasti aku kena semprot habis-habisan kali ini.
Tok tok tok! Pintu diketuk. Semua menoleh. Berpuluh pasang mata sorot memandangku yang memang baru datang. Ada yang senyum-senyum karena senangmelihat aku akan dimarahi dosen, mereka adalah para sainganku mengejar putri, si purnama kelas. Oh putri, disana dia melihatku ‘masih tetap acuh’ seperti biasanya.
“ya ada perlu apa!?” Mr Jhon menatapku penuh selidik. “maaf Sir, saya telat.” Muka Mr Jhon mulai merah padam. Suatu ketelatan sama saja seperti penghinaan baginya. Jdhuar…!!! Menggebrak meja. Semua dada serasa berhenti berdetak. Kaget. “kenapa kau telat, kau mau main-main denganku!!!” wush…puting beliung mulai menjilatku. Kau, sungguh merendahkan. “a..a…anu..,Sir…ma..af..saya..ba..ngun..kesi..angan. tadi..ma..lam habis nonton bola…” “APA!!! Memangnya kau anggap apa aku ini. Kamu sudah gila apa, tidak tidur hanya karena bola bodoh itu!!!.” “dasar orang terbelakang, bisanya Cuma santai saja. Negeri ini memang benar-benar gila!”sempurna. Sekarang puting beliung itu bukan Cuma menjilat, tapi juga sudah menelanku hidup-hidup. Seumur-umur aku baru kali ini dikatakan gila. Sebenarnya bukan Cuma aku yang gila. Anak-anak badung yang senyum-senyum itu pasti lebih gila lagi dariku. Buktinya beberapa hari lalu aku melihat mereka celingak-celinguk dipinggir jalan dengan para geng motornya, merekalah para orang gila sesungguhnya. Gila sama jalan raya dan motor. Menurutku mereka juga gila. Tapi si Putri ini kayaknya juga gila, dan ini gila yang lumayan langka di negeri ini. Gila belajar. Gila buku. Gila perpustakaan. Dan itu masih menurutku gila tingkat tinggi yang bagus. Haha…orang gila. Ya teruslah menjadi gila oh Putri. Tapi setiap kali aku melihat putri, pasti tak jauh dari dia ada gengnya Ayu yang centil itu. Usut punya menyusut kenapa mereka selalu mengekori Putri, Cuma karena penasaran gimana cara dandannya Putri yang sederhana itu. Sampai-sampai banyak cowok yang terpikat denganke-semlohai-nya itu. Pekerjaannya Cuma bikin kacau siswi perempuan yang penampilannya dibilang bangkrut. Maklum saja mereka bebuat begitu, mereka ini gadis-gadis yang juga gila. Gila penampilan, sok cantik. Sok ngetren. Ngikut mode-lahini-itu lah. Begh! Gila benar bukan buatan.
Dasar orang gila. Seperti halnya Ayu, si Bobi –pacarnya dia, bisa lebih parah gilanya. Tapi masih stadium tiga, tapi kalo dibiarin lama-lama bisa jadi petaka besar buat negera kita yang memang sudah bertrademark sebagainegara terkorup nomor tiga di dunia. Dan yang kayak gini adalah akar dari segala bencana itu, awalnya sih emang cecunguk tingkat sekolah. Alhasil mereka yang menganut madzhab gila nomer satu di negeri kita ini adalah regenerasinyapara politikus yang koruptoris, yang sekarang kebanyakandari mereka sudah dimakan umur dan penyakitan itu, tapi tetep aja gak tobat-tobat. Dan sebangsanya si Bobi ini, Merekalah para calon tikus-tikus yang bakal ganti poro sesepuhnya kelak. Para begundal sekolahan cap manggadan kapan-kapan menggantikan para ayah mereka yang sudah menjadi tikus hampir busuk di pemerintahan negara, para begundal cap kakap. Anak-anak pejabat ini mengidap penyakit gila nomor satu tadi. Suka meras dan berfoya foya, berbuat mesum,ngegelapin uang kas kelas. Sungguh bangsat.
Rupanya memang benar, kata pepatah lama: ‘kalausebuah urusan ditangani yang bukan ahlinya, ya…tunggu saja kehancurannya’. begitulah, kalau gila kayak gini masih saja berkeliaran. Huh…tunggu saja.
Tapi aku sangat terima kalau para Bolaers istilahku buat para gibol, juga dibilang gila. Aku senang saja, Mr Jhon ini tak tau apa-apa soal daya tarik bola yang sakti mandra guna itu,yang ternyata bola itu bisa jadi pemersatu ummat. Bayangkan betapa saktinya. Sebut saja seperti beberapa waktu lalu, waktu negeri kita tercinta melakoni laga final piala champion-nya asia tenggara. Begh…Masya Allah damai dan bersatunya rakyat indonesia, dalam satu bendera pula. Sang saka merah Putih. Betapa bangga rasanya kita jadi warga negara indonesia saat itu, sungguh terbakar rasa nasionalisme, kayak pop corn di penggorengan saja. Meletup-letup. Dan ini adalah Gila tapi yang waras, nomer satu pula. Hubbul wathon ‘ala al iman  katanya. Gila tanah air.
***
Wush…angin sepoi semilir. Di genggamannya yang kasat itu banyak membawa debu yang malas tuk beranjak dari tempatnya. Seperti mas Stepen ini, wuih Stepen. Penjual nasi goreng depan kampus, yang  entah dari mana dia punya nama demikian canggih seperti itu. Kemarin sempat aku bertanya tentang sejarah namanya itu. Katanya “asal lu tau, abang ni walau tampang jelek-jelek kayak penyanyi dangdut si ridho itu, tapi selera soal pilem begh…hollywood!!. Wush…angin masih membela. Sebagian keluar dari mulutnya yang…amit-amit. “abang ni ngepen banget ama si Stepen Spilbeg ntu. Sampe kebawa mimpi kebayang gak…bla bla bla.” Wuih dahsyat bener kegilaan bang Stepen ini, dan yang kayak gini biasanya masuk gila kelas senewen: terobsesi jadi bintang pelem. Setelah beberapa lama pikiranku meloncat kesana-sana, kembali sudah ke peraduannya.
***
“hei you…” panggil mr. Jhon padaku yang tertegun di pintu.
“ya Sir?,” sahutku malas.
“kalau kamu masih mau masuk kelasku…kamu harus muter-muter kelas kayak orang gila yang banyak keliaran di negaramu ini. Cepat!.” gdubrak…tamat riwayatku kali ini.

(buat orang Indonesia yang gilanya macem-macem)


0 komentar:

Posting Komentar