15.45 -
ken cerpen
No comments


Indonesia Gila
Indonesia Gila
Ken Emont*
Kriiiiii……..ng!!!
Jhduuukk!!! Aduh,
kepalaku sakit terantuk bibir ranjang. Aduh…bangsat bin jahannamwekker ini. Ngagetin
saja. Sontak setelah menyerapahi si
weker seketika aku sadar
kalau jarum jam sudah menunjuk angka delapan. Berarti bisa dikatakan kalau jam
masuk kuliah sudah lewat
setengah jam yang lalu. Jam
masuk? Hah… Masya Allah!!!Berarti lagi aku sudah telat setengah
jam. Sontak aku tergopoh-gopoh menuju kamar mandi, cuci muka sekenanya. Mencari
seragam yang masih berserak
dikeranjang kotor. Memakai dengan gerakan seribu tangan. Creng-creng, akhirnya
selesai. Langsung ke kampus tancap
tanpa sarapan.
Motorku melaju
cepat, wush..cepat sekali. Sampai salat Subuh pun jadi lupa. Ah
celaka! Pasti pintu kelas sudah ditutup. Sialan weker itu, masih
saja weker yang aku salahkan. Soalnya, dia yang memang bertanggung jawab atas semua ‘kecelakaan’ bangun pagi ini.
Awas kau nanti di rumah.
Betul saja, sudah
lumayan sepi. Keringat bercucuran,
huh hah huh…akhirnya ambang pintu kelas sudah tampak. Masya Allah! Daruratkedua: Mr Jhon, dosen bahasa inggris
dari London, yang killernya minta ampun. sudah teronggok di
mejanya. Pasti aku kena semprot
habis-habisan kali ini.
Tok tok tok! Pintu
diketuk. Semua menoleh. Berpuluh
pasang mata sorot memandangku
yang memang baru datang. Ada yang senyum-senyum karena senangmelihat aku akan dimarahi dosen,
mereka adalah para sainganku mengejar putri, si purnama kelas. Oh putri, disana
dia melihatku ‘masih tetap acuh’ seperti biasanya.
“ya ada perlu
apa!?” Mr Jhon menatapku penuh selidik. “maaf
Sir, saya telat.” Muka Mr Jhon mulai merah padam. Suatu ketelatan sama saja seperti penghinaan
baginya. Jdhuar…!!! Menggebrak meja. Semua dada serasa berhenti berdetak.
Kaget. “kenapa kau telat, kau mau main-main denganku!!!”
wush…puting beliung mulai menjilatku. Kau, sungguh merendahkan.
“a..a…anu..,Sir…ma..af..saya..ba..ngun..kesi..angan. tadi..ma..lam habis nonton
bola…” “APA!!! Memangnya kau anggap apa aku ini. Kamu sudah gila apa, tidak
tidur hanya karena bola bodoh itu!!!.” “dasar orang terbelakang, bisanya Cuma
santai saja. Negeri ini memang benar-benar gila!”sempurna. Sekarang puting
beliung itu bukan Cuma menjilat, tapi juga sudah menelanku
hidup-hidup. Seumur-umur aku baru kali ini dikatakan gila. Sebenarnya bukan Cuma aku yang gila. Anak-anak badung yang senyum-senyum itu pasti lebih gila lagi dariku.
Buktinya beberapa hari lalu aku melihat mereka celingak-celinguk dipinggir
jalan dengan para geng motornya, merekalah para orang gila sesungguhnya. Gila
sama jalan raya dan motor. Menurutku mereka juga gila. Tapi si Putri ini kayaknya juga gila, dan ini gila yang lumayan langka
di negeri ini. Gila belajar. Gila buku. Gila perpustakaan. Dan itu masih menurutku
gila tingkat tinggi yang bagus. Haha…orang gila. Ya teruslah menjadi gila oh Putri.
Tapi setiap kali aku melihat putri, pasti tak jauh dari dia ada gengnya Ayu
yang centil itu. Usut punya menyusut
kenapa mereka selalu mengekori Putri, Cuma karena penasaran gimana cara
dandannya Putri yang sederhana itu. Sampai-sampai banyak cowok yang terpikat
denganke-semlohai-nya itu. Pekerjaannya Cuma bikin kacau siswi perempuan yang
penampilannya dibilang bangkrut. Maklum saja mereka bebuat begitu, mereka ini gadis-gadis yang juga gila. Gila penampilan, sok cantik. Sok
ngetren. Ngikut mode-lahini-itu lah. Begh! Gila benar
bukan buatan.
Dasar orang gila. Seperti
halnya Ayu, si Bobi –pacarnya dia, bisa lebih parah gilanya. Tapi masih stadium
tiga, tapi kalo dibiarin lama-lama bisa jadi petaka besar buat negera kita yang
memang sudah bertrademark sebagainegara terkorup nomor tiga di dunia.
Dan yang kayak gini adalah akar dari segala bencana itu, awalnya sih emang
cecunguk tingkat sekolah. Alhasil mereka yang menganut madzhab gila nomer satu
di negeri kita ini adalah regenerasinyapara politikus yang koruptoris, yang
sekarang kebanyakandari mereka sudah dimakan umur dan penyakitan itu, tapi
tetep aja gak tobat-tobat. Dan sebangsanya si Bobi ini, Merekalah para calon tikus-tikus
yang bakal ganti poro sesepuhnya kelak. Para begundal sekolahan cap
manggadan kapan-kapan menggantikan para ayah mereka yang sudah menjadi
tikus hampir busuk di pemerintahan negara, para begundal cap kakap. Anak-anak
pejabat ini mengidap penyakit gila nomor satu tadi. Suka meras dan berfoya foya,
berbuat mesum,ngegelapin uang kas kelas. Sungguh bangsat.
Rupanya memang benar, kata pepatah lama: ‘kalausebuah
urusan ditangani yang bukan ahlinya, ya…tunggu saja kehancurannya’.
begitulah, kalau gila kayak gini masih saja berkeliaran. Huh…tunggu saja.
Tapi aku sangat terima kalau para Bolaers istilahku
buat para gibol, juga dibilang gila. Aku senang saja, Mr Jhon ini tak tau apa-apa
soal daya tarik bola yang sakti mandra guna itu,yang ternyata bola itu bisa
jadi pemersatu ummat. Bayangkan betapa saktinya. Sebut saja seperti beberapa
waktu lalu, waktu negeri kita tercinta melakoni laga final piala champion-nya
asia tenggara. Begh…Masya Allah damai dan bersatunya rakyat indonesia, dalam
satu bendera pula. Sang saka merah Putih. Betapa bangga rasanya kita jadi warga
negara indonesia saat itu, sungguh terbakar rasa nasionalisme, kayak pop corn
di penggorengan saja. Meletup-letup. Dan ini adalah Gila tapi yang waras, nomer
satu pula. Hubbul wathon ‘ala al iman katanya. Gila tanah air.
***
Wush…angin sepoi semilir. Di genggamannya yang kasat
itu banyak membawa debu yang malas tuk beranjak dari tempatnya. Seperti mas Stepen
ini, wuih Stepen. Penjual nasi goreng depan kampus, yang entah dari mana dia punya nama demikian
canggih seperti itu. Kemarin sempat aku bertanya tentang sejarah namanya itu.
Katanya “asal lu tau, abang ni walau tampang jelek-jelek kayak penyanyi dangdut
si ridho itu, tapi selera soal pilem begh…hollywood!!. Wush…angin masih membela.
Sebagian keluar dari mulutnya yang…amit-amit. “abang ni ngepen banget
ama si Stepen Spilbeg ntu. Sampe kebawa mimpi kebayang gak…bla bla bla.” Wuih
dahsyat bener kegilaan bang Stepen ini, dan yang kayak gini biasanya masuk gila
kelas senewen: terobsesi jadi bintang pelem. Setelah beberapa
lama pikiranku meloncat kesana-sana, kembali sudah ke peraduannya.
***
“hei
you…” panggil mr. Jhon padaku yang tertegun di pintu.
“ya
Sir?,” sahutku malas.
“kalau
kamu masih mau masuk kelasku…kamu harus muter-muter kelas kayak orang gila yang
banyak keliaran di negaramu ini. Cepat!.” gdubrak…tamat riwayatku kali ini.
(buat
orang Indonesia yang gilanya macem-macem)
0 komentar:
Posting Komentar