Sabtu, 25 Januari 2014

Menjemput Janji Allah Di Telaga Pernikahan

http://static.republika.co.id/uploads/images/detailnews/pernikahan-yang-dilakukan-secara-islam-_120716145236-635.jpg

Per­nikahan merupakan sun­natullah yang ter­jadi secara alami pada setiap manusia. Dorongan untuk men­cari pasangan mun­cul secara wajar pada diri seseorang ketika ia memasuki fase ter­tentu dalam kehidupan yang meng­aharus­kan­nya menikah. Dorongan yang mun­cul ter­sebut merupakan fitrah manusia yang Allah Subhanahu wa ta’aala kehen­daki. Ter­kait fitrah ter­sebut tidak ada manusia yang Allah Subhanahu wa ta’aala cip­takan melainkan Allah cip­takan pula pen­dam­ping­nya. Hal ini Allah Subhanahu wa ta’aala utarakan dalam Al Qur’an :
 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجََا وَبَثَّ مِْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوْا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبَا

'' Akhir Penyesalan Seorang Istri ''

http://photos-h.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-frc3/423551_513877871961902_1998125282_n.jpg

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri. Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka. Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa.

BELAJAR KEPADA ANAK PENJUAL KUE

http://septianreynaldi.files.wordpress.com/2012/03/cropped-siluet_by_anandia.jpg
Suatu hari, tampak seorang pemuda tergesa-gesa memasuki sebuah restoran karena kelaparan sejak pagi belum sarapan. Setelah memesan makanan, seorang anak penjaja kue menghampirinya, “Om, beli kue Om, masih hangat dan enak rasanya!”
“Tidak Dik, saya mau makan nasi saja,” kata si pemuda menolak.
Sambil tersenyum si anak pun berlalu dan menunggu di luar restoran.
Melihat si pemuda telah selesai menyantap makanannya, si anak menghampiri lagi dan menyodorkan kuenya. Si pemuda sambil beranjak ke kasir hendak membayar makanan berkata, “Tidak Dik, saya sudah kenyang.”

Sambil terus mengikuti si pemuda, si anak berkata, “Kuenya bisa dibuat oleh-oleh pulang, Om.”

Romantika Cinta Sahabat Nabi: Kebencian Barirah dan Cinta Mughits

 

Siapakah Barirah ?
Barirah adalah maula (mantan budak) 'Aisyah radliyallah 'anha. Sebelumnya ia adalah budak milik seorang Anshar dari kabilah bani Hilal. Ia terkadang membantu 'Aisyah dengan upah sebelum dibeli oleh 'Aisyah dan dibebaskan.
Barirah seorang wanita yang pandai, perawi hadits dan faqihah serta memiliki firasat yang tajam dan tepat. Ia hidup sampai masa kepemimpinan Mu’awiyah radliyallah 'anhu.
Diriwayatkan dari Abdul Malik bin Marwan (seorang raja dari bani Umayyah), ia berkata: "Aku pernah datang kepada Barirah di Madinah, lalu ia berkata kepadaku: "wahai Abdul Malik, aku melihat pada dirimu ada beberapa sifat yang baik, sesungguhnya engkau layak menerima perkara ini (menjadi pemimpin), jika kamu telah menjadi pemimpin, waspadalah terhadap urusan darah, sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Gambaran Pria Muslim di Rumahnya

http://4.bp.blogspot.com/-czLxkxlNhSg/T31UY5Ahp5I/AAAAAAAAAHY/QAZRNxNypGI/s1600/i-see-the-world1.jpg

Dari Al-Aswad rahimahullah dia berkata: Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah tentang apa yang dikerjakan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika berada di rumah. Maka ‘Aisyah menjawab,
كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ تَعْنِي خِدْمَةَ أَهْلِهِ فَإِذَا حَضَرَتْ الصَّلَاةُ خَرَجَ إِلَى الصَّلَاةِ
“Beliau selalu membantu pekerjaan keluarganya, dan jika datang waktu shalat maka beliau keluar untuk melaksanakan shalat.” (HR. Al-Bukhari no. 6939)
Dari Anas bin Malik radhiallahu anhu dia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَزْهَرَ اللَّوْنِ كَأَنَّ عَرَقَهُ اللُّؤْلُؤُ إِذَا مَشَى تَكَفَّأَ وَلَا مَسِسْتُ دِيبَاجَةً وَلَا حَرِيرَةً أَلْيَنَ مِنْ كَفِّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا شَمِمْتُ مِسْكَةً وَلَا عَنْبَرَةً أَطْيَبَ مِنْ رَائِحَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat wangi kulitnya dan keringatnya bagaikan kilau mutiara. Apabila beliau berjalan, maka langkahnya terayun tegap. Sutera yang pernah saya sentuh tidak ada yang lebih halus daripada telapak tangan beliau. Minyak misk dan minyak ambar yang pernah saya cium,